Tuesday, January 29, 2008

Milad 2 TDA: Momentum Menuju Perubahan

Momentum Milad Komunitas Tangan Diatas (TDA) yang kedua, hari Ahad lalu, banyak meninggalkan kesan bagi saya. Acara yang meliputi sharing, inspiring, awarding, challenging, motivating dan celebrating ini digelar Gedung BDN, Jl MH Thamrin Jakarta. Dihadiri oleh lebih dari 450 orang, acara ini bertemakan : Menanam, Memelihara dan Menumbuhkan Harapan dan diliput oleh beberapa media massa. Banyaknya kesan yang saya rasakan, membuat saya harus segera menjawabnya dengan take action.. !!


Talkshow Pengembangan Bisnis, dengan MC Ibu Aning Harmanto (Owner Mahkota Dewa). Narasumber talkshow ini adalah Cak Eko (Baso Malang Cak Eko), Pak Hendi Babarafi (Kebab Turki), Pak Try Atmojo, Pak Bambang Triwoko dan Pak Fauzi Rachmanto.


Foto bareng Pak Faif Yusuf, ketua panitia Milad 2 TDA yang baru saja launching buku barunya "Rahasia Jadi Entrepreneur Muda".


Foto bareng Pak Isdiyanto (Owner sekaligus Pemimpin Umum Majalah WK - Wirausaha dan Keuangan) dan Bang Valen (Penulis buku best seller "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian").


Talkshow penuh inspirasi dan motivasi bersama bintang tamu Pak Perry T, pemilik puluhan Factory Outlet di Bandung dengan host Pak Wuryanano dan Pak Rosihan.

Monday, January 28, 2008

Kekayaan: Antara Yang Terpuji dan Tercela

Oleh: Fahmi Islam Jiwanto, MA

Mungkin semua sepakat bahwa kekayaan adalah hal yang menarik, yang diinginkan dan didambakan oleh hampir semua orang. Akan tetapi siapa sangka bahwa ternyata tidak semua jenis dan kondisi kekayaan, kebercukupan, dan keberadaan adalah hal yang terpuji. Al-Qur'an ternyata menunjukkan bahwa Allah tidak selalu berpihak apalagi memuji orang kaya.

Dalam ayat al-Qur'an dan hadits Nabi saw kita temukan dua istilah yang berarti kekayaan. Ada istilah ghina (kaya) ada istilah tarof (mewah). Keduanya menunjukkan makna kekayaan, kebercukupan dan keberadaan. Tapi nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah punya sikap yang berbeda dengan kedua istilah tersebut.

Dalam al-Qur'an pemakaian akar kata ghina jarang dipakai untuk konteks mengecam. Al-Qur'an memakai kata ghaniyy untuk mengungkapkan sifat Allah Yang Maha Kaya. Sedangkan untuk manusia Allah memakai bentuk jamak (aghniya') yaitu orang-orang kaya, seperti di surat al-Baqarah ayat 273, Ali Imran 181, dan at-Taubah 93 semuanya dalam bentuk nakirah (indefinite) dan dalam surat al-Hasyr ayat 7 dalam bentuk ma'rifah (definite). Dalam ayat-ayat tersebut Allah tidak menganggap kekayaan sebagai sesuatu hal yang tercela. Di Ali Imran 181 Allah swt mengecam orang-orang Yahudi mengaku kaya dan mengatakan Allah fakir, subhanallah!!! Kekayaan itu sendiri tidak dipermasalahkan tetapi kesombongan dan keangkuhan mereka yang Allah swt kecam. Di surat at-Taubah 93 Allah swt mengecam orang-orang yang tidak ingin berjihad padahal mereka berkecukupan dan mampu untuk berjihad. Kekayaan disini justru menjadi sarana yang mengharuskan untuk berjuang. Selain kedua ayat tadi Allah swt menyebutkan kata aghniya' dengan netral.

Kalau kita lihat hadits Nabi saw kita akan temukan sikap yang sama terhadap ghina dan akar katanya. Rasulullah saw bahkan memuji kondisi kaya dalam banyak hal misalnya dalam hadits riwayat imam Muslim: "Sedekah terbaik adalah yang dikeluarkan dalam keadaan cukup (kaya), dan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan mulailah dari keluargamu." (HR Muslim)

Dalam hadits ini Rasulullah saw memuji kondisi kebercukupan dan bahwa sedekah sebaiknya dilakukan ketika seseorang dalam keadaan mampu. Lebih jauh lagi Rasulullah saw menyatakan bahwa yang memberi lebih baik dari yang hanya menerima. Dan itu adalah pujian bagi kondisi kaya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sa'd bin Abi Waqqash, Rasulullah saw bahkan mengatakan bahwa kondisi kaya bagi ahli waris lebih baik dari kondisi miskin tak berdaya. Rasulullah saw bersabda kepada Sa'd: "Sesungguhnya jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka miskin meminta-minta kepada orang." (HR al-Bukhari dan Muslim)

Meskipun juga Rasulullah saw tidak mengajarkan kita untuk menjadi materialistis, menganggap bahwa kekayaan materi adalah segalanya. Rasulullah saw berkata bahwa "Kekayaan bukanlah dengan banyaknya materi tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw mengecam kekayaan ketika kekayaan mendorong orang untuk berbuat dan bersikap melebihi batas. Dalam hadits riwayat a-Turmudzi Rasulullah saw mencela ghinan muthghiyan yang berarti kekayaan yang membuat seseorang menjadi berlebih-lebihan.

Itu tadi tentang istilah ghina, bagaimana dengan istilah tarof? Kita temukan dalam al-Qur'an bahwa orang-orang yang mutrof (bermewah-mewahan) selalu dikecam.

Kata tarof dan akar katanya disebutkan tiga kali dalam al-Qur'an dan ternyata semua bernada mengecam.

Kita lihat bagaimana surat al-Waqi'ah berbicara tentang "golongan kiri" yang merupakan penduduk neraka. Di ayat 45 Allah menyebutkan sifat mereka: "Sesungguhnya mereka sebelumnya (ketika di dunia) adalah orang yang bermewah-mewahan." (QS. Al Waqi'ah: 45)

Secara kasat mata kita juga dapat melihat kebanyakan orang-orang yang tenggelam dengan dosa dan kemaksiatan adalah orang-orang yang terlena dengan kekayaan harta sehingga mereka lalai bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat.

Kita baca lagi surat al-Israa', dalam ayat ke 16 Allah swt berfirman: "Dan jika Kami ingin menghancurkan sebuah negeri, Kami perintahkan orang-orang yang bermewah-mewahan dari mereka sehingga mereka berbuat dosa di negeri itu, lalu mereka berhak mendapakan ketentuan (azab), dan Kami hancurkanlah negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. al-Israa': 16)

Ayat ini berbicara tentang sebuah sunnatullah, yang berlaku pada setiap kondisi yang analog. Bukan hanya pada kasus tertentu. Karena itu Allah swt memakai kata "Idza" (jika) yang berarti syarat dari sebuah proses sebab akibat.

Allah swt menyatakan bahwa proses kehancuran sebuah komunitas dimulai ketika elit masyarakatnya berbuat fasiq. Jika kefasikan bermula dari elitnya maka akan dengan mudah menyebar, ditiru atau ditularkan kepada seluruh masyarakat. Dan akhirnya merajalela kemaksiatan yang berakibat pada kehancuran komunal, tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja.

Dalam surat Hud juga ditemukan bagaimana pengaruh orang-orang yang bermewah-mewahan itu. Allah swt berfirman pada ayat 116: "Dan orang-orang yang zhalim mengikuti kemewahan yang ada pada mereka. Dan mereka adalah orang-orang yang berdosa." (QS. Hud: 116)

Ayat tersebut berbicara tentang perilaku orang-orang terdahulu di mana sulit ditemukan orang-orang yang mau melarang kemungkaran. Hal itu diperparah dengan kenyataan bahwa orang-orang kaya lebih suka memikirkan kekayaannya dan tenggelam dalam kemewahan dan kenikmatan duniawi sesaat.

Dari sini secara umum kita bisa melihat perbedaan antara kekayaan yang terpuji dan kesejahteraan yang layak diperjuangkan, dengan kemewahan dan kehidupan glamour yang tidak dipuji bahkan dikecam oleh al-Qur'an.

Layak untuk direnungkan bagi kita terutama bangsa Indonesia yang sedang berjuang meraih kesejahteraan agar menyadari bahwa capaian materi yang diajarkan oleh Islam bukanlah kehidupan yang glamour dan berfoya-foya. Al-Qur'an membedakan antara kekayaan yang terpuji dengan kemewahan yang tercela.

Lantas apa makna pembedaan itu? Mengapa perlu dibedakan?

Maknanya adalah Allah swt membolehkan bahkan mendorong adanya kekayaan bukan untuk dinikmati didunia ini semata-mata. Tetapi untuk diberikan kepada yang berhak, diinfakkan pada hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan umum, untuk membela agama dan negara, serta tujuan-tujuan mulia lainnya. Sedangkan kekayaan yang hanya digunakan untuk berfoya-foya dan bahkan untuk menyombongkan diri, adalah bencana yang hanya mencelakakan sang pemiliknya saja.

Perilaku-perilaku Tarof

Al-Qur'an juga memberikan beberapa ilustrasi tentang perilaku yang Allah swt benci dalam bersikap terhadap harta.

Pertama, Menganggap Kekayaan sebagai Simbol Kemuliaan

Di antara perilaku yang Allah swt kecam dalam berinteraksi dengan harta adalah menganggap bahwa harta yang banyak berarti kemuliaan di sisi Allah. Allah swt berfirman dalam surat al-Fajr: "Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimulaikan-Nya dan diberi-Nya kenikmatan maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu dibatasi rejekinya maka dia berkata, `Tuhanku telah menghinakanku'. Sekali-kali tidak (demikian)!" (QS al-Fajr: 15-17)

Allah swt secara tegas menyalahkan persangkaan orang bahwa harta adalah ukuran kemuliaan. Karena memiliki sesuatu tidak berarti apa-apa, jika tidak bermanfaat bagi orang lain. Kepemilikan itu bukanlah kepemilikan hakiki, hanya sekedar titipan yang harus diberikan kepada yang berhak.

Kedua, Bangga dengan Konsumerisme Yang Berlebihan

Di antara perilaku tarof yang Allah swt kecam adalah berbangga dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Allah swt menyindir orang yang seperti ini didalam surat al-Balad: 6.

"Dia mengatakan, `Aku telah menghabiskan harta yang banyak." (QS al-Balad:6)

Kita banyak temukan sikap-sikap seperti ini pada orang-orang yang menganggap bahwa prestise dan image positif dibentuk dengan fasilitas-fasilitas yang mewah, tingkat konsumsi yang tinggi, dan penampilan yang wah. Padahal harta dalam pandangan Allah swt adalah cobaan yang akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat, dari mana mendapatkannya dan untuk apa dipergunakannya. Tidak ada sama sekali pertanyaan berapa kamu menghasilkan harta?

Ketiga, Merendahkan Orang Miskin

Di antara sikap-sikap tercela mengenai kekayaan adalah bukan hanya berbangga dengan kekayaan diri bahkan juga menganggap rendah orang yang lebih sedikit harta. Dalam surat al-Kahfi Allah swt bercerita tentang dua sahabat yang berbeda tingkat ekonominya. Allah swt berfirman:

"Dan berikanlah untuk mereka perumpamaan dua orang yang Kami berikan kepada salah seorang dari mereka dua kebun anggur dan Kami kelilingi dua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan Kami jadikan di antara dua kebun itu ladang. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya dan kebun itu tidak berkurang hasilnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kebun itu. Dan dia mempunyai hasil yang besar, lalu berkatalah dia kepada kawannya ketika bercakap-cakap dengannya, `Hartaku lebih banyak dari hartamu, dan orang-orangku lebih kuat.' (QS al-Kahfi: 32-34).

Keempat, Tidak Berusaha Menolong Orang Miskin

Perilaku buruk lain yang sering dikecam al-Qur'an adalah ketidakpedulian terhadap orang-orang miskin. Kita bisa temukan kecaman al-Qur'an dalam hal ini misalnya pada surat al-Haqqah ayat 34, al-Ma'un ayat 3, al-Fajr ayat 17, an-Nisa ayat 37, al-Hadid 24.

Kelima, Memamerkan Kekayaan di Hadapan Orang Miskin

Di antara perilaku orang kaya yang dicela al-Qur'an adalah memamerkan kekayaan dan membanggakan penampilan materi, sebagaimana Allah swt ceritakan tingkah Qarun dalam surat al-Qashash dari ayat 79. Di dalam ayat-ayat tersebut Allah swt menggambarkan betapa Qarun yang begitu kaya raya itu bertingkah sombong dan pamer kekayaan.

Keenam, Menyandarkan Kekayaan kepada Kemampuan Pribadi

Perilaku lain yang dikecam al-Qur'an terkait kekayaan adalah mengkalim bahwa kekayaan dihasilkan semata-mata karena kemampuan pribadi. Sebagaimana Qarun dengan congkak mengatakan bahwa kekayaannya adalah karena ilmu yang ada padanya (QS. al-Qashash ayat 78). Juga dalam surat az-Zumar Allah swt menegur manusia yang jika diberi nikmat dia mengatakan bahwa hal itu semata dikarenakan karena kelebihan yang ada pada dirinya. Sikap yang benar yang harus dilakukan manusia adalah sikap yang dicontohkan oleh Nabi Sulaiman as yang mengatakan ketika mendapatkan nikmat, beliau mengatakan, "Hadza min fadhli rabbi liyabluwani a'asykuru am akfur. Ini adalah karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar." QS. AnNaml : 40.

Harta pada hakekatnya hanyalah cobaan yang harus dipertanggung jawabkan, bukan kebanggaan yang harus dikejar. Allahu A'lam.

Monday, January 21, 2008

Asuransi Syariah Prudential

Saat ini cukup banyak produk Asuransi Unit Link, tapi yang berorientasi Syariah masih minim. Diantaranya adalah PRULINK SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT (PSAA) dari PT Prudential Indonesia. Produk ini di luncurkan Sejak Bulan September 2007. Berikut ilustrasi asuransi syariah Prudential yang dikirim seorang teman melalui email..

Pak Andy

Sebagai lanjutan obrolan kita di telpon tadi...
untuk setoran per bulan 350rb selama 10 tahun saja( boleh kurang) Anda mendapat:
- Pertanggungan jiwa 93 jt sampai usia 99 tahun,
- Pertanggungan Kecelakaan atau cacat 71 jt
(jika meninggal krn kecelakaan 93+71).
- Proteksi rawat inap rumah sakit 200rb/hari sampai usia 65
(proteksi sampai lewat pensiun)
- Tabungan Rp 1M saat usia 65 tahun dan sekitar 291jt saat 55tahun.

Anda hanya menabung 350/bulan atau 42jt saat 10 tahun..

Jika terkena sakit kritis setoran gratis s/d usia 65tahun dengan hasil sekitar Rp 1.98 M, plus 30jt saat terdeteksi sakit kritis untuk perawatan sakit kritis.
jika meninggal usia 65 (93+1.98M tabungan)

Sistem invest resiko kecil. Fixed income.

Wasalam
Joko Tirtono


Cukup menarik bukan? Dan ternyata, Prudential Syariah ini juga membuka peluang untuk peserta asuransi memiliki income tambahan sebagai agen. Katanya, bebas biaya dan persyaratannya gampang. Masa sih? Saya juga penasaran. Karena Detailnya akan dijelaskan saat kopi darat nanti..

Friday, January 18, 2008

Sepuluh Langkah Menjemput Rezeki

Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menjemput rezeki. Berikut sepuluh diantaranya..

1. Taqwa
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS ath-Thalaq: 2-3).

2. Tawakal
Nabi s.a.w. bersabda: “Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

3. Shalat

Firman Allah dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya." (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

4. Istighfar
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirim-kan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu ke-bun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (QS Nuh: 10-12).

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim).

5. Silaturahmi
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturahim.”

6. Sedekah
Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Berbuat Kebaikan
"Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS Alqashash:84)

Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah tdk akan zalim pd hambanya yg berbuat kebaikan.Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat.(HR. Ahmad)

8. Berdagang
Dan Nabi SAW bersabda: “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (Riwayat Ahmad)

9. Bangun Pagi
Fatimah (putri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah ( S.A.W.) melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W.) mengatakan kepadanya, "Putriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan-hati Tuhanmu, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari. ( H.R. Al-Baihaqi)

Aisyah juga meceritakan sebuah hadits yang hampir sama maknanya, yang mana Rasulullah (S.A.W.) bersabda, "Bangunlah pagi-pagi untuk mencari rezekimu dan melakukan tugasmu, karena hal itu membawa berkah dan kesuksesan. (H.R. At-Tabarani)

10. Bersyukur
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim:7)

Tuesday, January 15, 2008

Simple-ology

By: Fauzi Rachmanto

Berapa di antara Anda yang pernah punya keinginan memiliki perusahaan IT yang sukses? Saya duga cukup banyak. Saya termasuk diantaranya. Apalagi sewaktu boom dot com pertengahan 90 an dulu, hampir setiap anak kuliahan terinspirasi untuk menjadi seperti Bo Peabody, founder Tripod.Com yang pada tahun 1997 sukses menjual perusahaanya senilai $ 58 juta (hebatnya lagi Tripod waktu itu belum pernah untung).

Namun kalau kita perhatikan, dari mungkin sekian juta orang di dunia yang ingin memiliki perusahaan (berbasis) IT yang sukses, maka hasilnya bisa sangat berbeda, misalnya:

• Pertama, ada yang tidak pernah memulai membuat perusahaan IT sama sekali.
• Kedua, ada yang kemudian membuat perusahaan IT, namun tidak berhasil, dan berhenti.
• Ketiga, ada yang malah menekuni dan mengerjakan hal-hal lain. Dan setiap malam merenung, kenapa saya tidak memiliki perusahaan IT yang sukses.
• Keempat, ada yang betul-betul membangun perusahaan berbasis IT, sukses besar dan kaya raya seperti Bill Gates (Microsoft), Jeff Bezos (Amazon), Larry Page & Sergey Brin (Google), dsb.

Dari satu keinginan yang sama, yaitu membangun perusahaan IT yang sukses. Ternyata hasilnya akhirnya bisa berbeda-beda. Mengapa?

Mark Joyner memberikan cara pandang menarik dalam bukunya yang sangat luar biasa: “Simple-ology: The Simple Science of Getting What You Want”. Sederhana nya begini, menurut Joyner, kita seringkali tidak berhasil mewujudkan apa yang kita inginkan karena mengabaikan hukum pertama dari simple-ology, yaitu: “jarak terdekat dari dua titik adalah sebuah garis lurus”.

Dalam teori sungguh simple bukan? Namun dalam praktek, kenyataanya memang kita sering melakukan hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan utama yang ingin kita capai. Ibaratnya bukannya membuat garis lurus yang tegas diantara dua titik, kita seringkali malah membuat garis berbelok-belok, memutar kesana kemari tidak menentu. Ketidak-sederhana-an ini yang seringkali akhirnya membuat kita lupa tujuan kita sebenarnya.

Saya punya teman yang sedang membangun usaha jasa konsultan. Bersama tim mereka yang terdiri dari sejumlah pakar bergelar Doktor, Master dengan sertifikasi professional yang berderet, saya nilai usahanya cukup potensial. Apalagi knowledge yang dimiliki teman saya tadi tergolong sangat dicari perusahaan-perusahaan besar dewasa ini. Sayangnya usahanya hingga lebih dari satu tahun kurang berkembang. Yang membuat saya heran, setiap saya bertemu dengan teman saya tadi, topik pembicaraan yang dibicarakan selalu itu-itu saja: masalah ruangan untuk kantor. Rupanya, bagi teman saya tadi, membangun perusahaan jasa konsultan berarti memiliki ruangan kantor yang representatif dan nyaman di lokasi strategis. Sehingga, selalu saja masalah ruangan kantor menjadi “topic of the month” di perusahaan mereka. Mulai dari mencari lokasi, memilih diantara berbagai alternative lokasi, kemudian masalah renovasi, memilih furniture, warna cat yang sesuai corporate color, dsb.
Hal-hal yang menurut saya jauh dari relevan dengan upaya menjual jasa mereka.

Padahal kalau mau menjual jasa konsultasi menurut saya ya straight to the point saja: Berjualanlah ke calon klien yang butuh dan punya uang. Dapatkan kontraknya. Kerjakan projectnya. Kemudian tagih uangnya. Mission accomplished. Simple. Bagaimana dengan ruang kantor? Siapa yang butuh ruang kantor kalau sebagaian besar waktu kita habiskan di lokasi klien. Bagaimana dengan alamat yang representative? Haloo … kemana saja?, apakah Anda belum pernah mendengar “virtual office” yang siap disewa di lokasi-lokasi terbaik di Jakarta? Bagaimana kalau mau meeting? Ini lebih mudah lagi, percayalah, klien lebih senang meeting di kantornya. Wah jadi tidak usah investasi bangunan, ruangan, peralatan kantor?. Lha kok enak? Ya memang jadi konsultan itu enak, bayarannya gede lagi, hehehe …

Point nya adalah, dengan berpikir menurut “prinsip garis lurus” tadi, hal-hal yang tidak secara langsung relevan dengan bagaimana menghasilkan uang kita kesampingkan dulu. Meskipun contoh di atas adalah usaha jasa konsultan, prinsip ini umum, sehingga Anda bisa aplikasikan dalam model bisnis Anda sendiri.

Anda dapat menyederhanakan banyak hal, dengan mengacu pada 3 kesederhanaan (simplicity) berikut ini:

Simplicity in Purpose

Anda dapat meninjau kembali tujuan Anda. Jangan-jangan tujuan Anda sendiri sudah njlimet. Analogi paling mudah adalah program komputer. Setiap program komputer yang terinstal di komputer Anda ditulis dengan tujuan tertentu. Misalnya, MS Word untuk word-processing, MS Excel untuk spreadsheet, MS PowerPoint untuk membuat presentasi dan MS Internet Explorer untuk membaca blog saya, (hehehe ... tentu boleh juga kalau mau dipakai untuk sekedar browsing). Setiap baris kode program-program tadi ditulis sesuai dengan tujuan pembuatan program tadi. Bagaimana jika tujuan-tujuan tadi mencoba ditumpuk bersama? Bisa dibayangkan penulisan programnya harus banyak berkompromi dengan berbagai tujuan tadi, sehingga yang dihasilkan adalah program yang tidak “lean” dan tidak efisien.

Simplicity in Method

Mungkin tujuan Anda sebenarnya cukup sederhana: Pergi ke dari Jakarta ke Bandung. Namun banyak cara menuju Bandung. Anda bisa menggunakan mobil lewat jalan tol Cipularang, menggunakan kereta api lewat stasiun Gambir, menggunakan pesawat terbang lewat Bandara Soekarno-Hatta. Hmmm … karena sekarang sudah tidak ada flight Jakarta – Bandung, maka Anda bisa gunakan flight Jakarta – Surabaya, dan Surabaya – Bandung. Metoda mana yang paling simple? Anda pasti bisa menjawabnya.

Simplicity in Execution

Katakanlah tujuan Anda sudah cukup sederhana. Metoda yang Anda pilih juga adalah yang paling sederhana. Namun, masih ada satu jebakan lagi, yaitu kerumitan dalam eksekusinya. Bertahun-tahun yang lalu, saya (yang waktu itu masih berusia 20 tahun) pernah menjadi seksi perlengkapan dalam sebuah acara di kampus. Kami ingin membuat acara yang sederhana. Dengan panggung sederhana, dan backdrop sederhana dengan sebuah tulisan yang sederhana. Jenis huruf dan bahan pun sangat sederhana. Kami membuat huruf-huruf dari karton yang digunting. Simple dan cepat sekali bikinnya. Yang tidak sederhana ternyata adalah bagaimana melekatkan tulisan2 tadi di dinding belakang panggung! Ternyata susah sekali. Saya bahkan masih melekatkan huruf-huruf terakhir ketika tamu-tamu mulai berdatangan. Rasa malu nya betul-betul tidak sederhana.

Mark Joyner masih memiliki 4 prinsip lagi dalam Simple-ology. Tapi yang paling penting adalah “prinsip garis lurus” di atas. Lagipula tulisan ini pun saya maksudkan untuk sederhana. Sehingga meskipun masih banyak yang ingin saya sampaikan, terpaksa harus saya akhiri supaya tetap sederhana. Ah, jangan berlama-lama membaca, silakan mencoba menerapkan Simple-ology.

Monday, January 14, 2008

10 Alasan Membuka Bisnis Waralaba GwGuyur

"Aww akhi, kayaknya ant udh lama gak upload tulisan di web gwguyur. Kunci sukses web ada di frekuensi update. Bantu kita jualan akh..."

Demikian SMS dari Pak Sonny, Direktur GwGuyur Pusat. Ups, sudah lama memang saya nggak nyumbang tulisan untuk web GwGuyur. Seperti biasa, alasan klasik adalah sibuk dengan kerjaan. Sehingga kadang untuk sekedar searching mencari tulisan yang sudah jadi saja nggak sempat.

Sebelumnya saya memang pernah mengkritik web GwGuyur yang nggak up to date dan mengusulkan untuk mengisi kolom berita dengan artikel-artikel menarik seputar GwGuyur yang sudah banyak dimuat di media. "Man usul, fahuwa mas'ul", karena saya yg usul, akhirnya saya yang ditembak untuk update kolom berita tsb. Ok, siap..!!

Dengan bantuan Mbah Google, saya menemukan sebuah ulasan menarik tentang GwGuyur dari Kontan Online. Lalu saya mencoba menyusun tulisan saya sendiri. Karena Manajemen GwGuyur minta saya untuk bantu jualan, berarti tulisannya agak berbau marketing donk ya? Seperti inilah kira2.. Mudah-mudahan cukup menjual.. :)

10 Alasan Membuka Bisnis Waralaba GwGuyur

1. Angka Penjualan Motor Pertahun Sangat Tinggi dan Cenderung Meningkat
Tahun 2008, diperkirakan angka penjualan mencapai 5,2 juta unit atau meningkat sekitar 10% dari penjualan tahun 2007 yang mencapai 4,725 juta unit. Dari angka penjualan di tahun 2007 itu, sekitar 19% lokasi penjualan di Jakarta atau menurun dari angka sebelumnya yaitu 30% ditahun 2006. "Penjualan motor ke daerah semakin besar karena pendapatan masyarakat semakin makmur" demikian penuturan Gunadi Sindhuwinata, Ketua Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI). Berdasarkan data AISI, tahun 2005 penjualan sepeda motor mencapai 5.089.426 unit, atau naik sekitar 30% dibanding tahun 2004 yang mencapai 3.900.598 unit yang juga lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang penjualannya mencapai 2.823.702 unit. Data ini adalah pangsa pasar yang sangat potensial dan prospektif untuk usaha yang bergerak dibidang jasa perawatan motor.

2. Bisnis Cuci Motor Cocok di Dua Musim
Di kala musim hujan sepeda motor yang belepotan perlu untuk dicuci, sedangkan debu-debu yang menempel di musim kemarau juga perlu dibersihkan. Tidak seperti bisnis tertentu yang sangat bergantung pada salahsatu musim saja.

3. Support Dari Management GwGuyur
Para mitra GwGuyur akan mendapatkan support dari management GwGuyur meliputi survey lokasi, standarisasi system, HRD support, R & D support, marketing support, operation & quality audit.

4. Outlet GwGuyur Sudah Menyebar di Kota-Kota Besar
Saat ini outlet GwGuyur adalah yang terbanyak dan memiliki potensi pengembangan ke seluruh Indonesia. Saat ini sudah beroperasi di Jakarta, Depok, Tangerang, Bandung, Medan dan Palembang.

5. GwGuyur Menjalin Kerjasama dengan Partner yang Kredible
Kerjasama yang sudah terjalin dengan baik selama ini diantaranya adalah dengan 3M untuk support product dan Kawan Lama Sejahtera untuk support peralatan

6. Pertama Di Indonesia
GwGuyur merupakan Pusat Cuci dan Salon Motor Profesional pertama di Indonesia yang menggunakan metode snow wash dengan konsep bisnis waralaba (franchise). Dalam perkembangannya, saat ini GwGuyur telah menjadi market leader dan pioneer di Indonesia untuk bisnis kebersihan dan perawatan motor.

7. Skema Investasi yang Ringan dan Menarik
Dengan biaya kemitraan dan investasi yang terjangkau, sesuai dengan tingkat omset dan nature of business dari industri motor. Perkiraan BEP sekitar 1,5 tahun. Info lebih detail bisa klik disini.

8. Program Membership
Adanya program membership yang merangkul perorangan maupun komunitas biker, membuat GwGuyur memiliki pelanggan tetap yang loyal

9. Website yang Update
Para netter dapat mengakses berbagai info sebutar GwGuyur dan dunia biker melalui official website www.gwguyur.com yang selalu update, sekaligus menjadi media marketing online.

10. Pesaing Masih Sedikit
Saat ini bisnis cuci dan salon motor profesional masih sangat minim jika dibandingkan jumlah pengguna motor yang menjadi pangsa pasar utama. Cuci motor konvensional yang cukup banyak bertebaran di tepi jalan belum bisa memberi kepuasan bagi pelanggan karena proses cuci dan kualitas pelayanan yang seadanya, meski harga yang ditawarkan lebih murah.

Sunday, January 13, 2008

Menjadi Pengusaha Haruskah Nekat ?

Pertanyaan Pak Ridwan di milis TDA adalah sebuah kegundahan yang tengah dialami seorang amphibi (karyawan yang sedang merintis usaha), mewakili banyak orang yang sedang dihadapkan pada dua pilihan. Dari banyak respon thd pertanyaan itu, saya kutip dua jawaban yang paling lugas dan inspiratif menurut versi saya..

Pertanyaan dari Pak Ridwan:

Rasanya sumpek berada dilingkungan kerja sebagai karyawan.
Semua unek-unek untuk berkembang dan mandiri yang ada dalam benak rasanya terbelenggu oleh waktu dan rutinitas kerja. Akankah suatu saat sy bisa menjadi seorang yang TDA !

Sementara konsep dan rencana usaha bertambah dan bertambah, sudah membumbung, sudah menumpuk mulai dari angan-angan bisnis A sampai Z. Haruskan keinginan itu dibelenggu dan dipatahkan saja !

Rasanya semakin terpenjara semakin lama jadi karyawan..
Saat ini saya amphibi, sambilan sy di kerjakan bersama istri, mengelola sebuah warung makan di samping gedung di Sudirman,. klo dihitung-hitung masih mendingan hasil dagang daripada bekerja, akan tetapi jika pekerjaan saya lepaskan tiba-tiba maka pendapatan pendamping saya akan hilang, sehingga membebani rumahtangga yang jadi satu pendapatan (dari waroeng), tapi klo dibiarkan berlarut umur semakin bertambah dan hasrat menjadi usahawan sukses tak terkejar...

Option 1 :

Apakah sy harus membuat satu usaha yang bisa menghasilkan pendapatan minimal setara dengan gaji kerjaku sbg karyawan saat ini --> yang saya anggap ini keputusan yang aman saya ambil ketika saya beralih full TDA,.. dan penghasilan dari gaji tergantikan ( tapi bisa makan waktu lama untuk ambil option ini, apalagi merencanakan sambil bekerja susah banget nyari waktunya, seringkali banyak urusan tidak tercapai )

Option 2 :

Haruskah nekat saja, keluar begitu saja,.dan mulai mengapresiasikan unek-unek saya.. ?!

Mungkin ada rekan-rekan yang pernah mengalami keinginan spt saya, dan melakukan satu tindakan pilihan yang ternyata Jitu !, mohon berbagi ya..

Trims

Jawaban 1 (versi AG):

mas ridwan, kalimat ini sering disampaikan oleh para motivator, "bisnis itu jangan dihitung -hitung, dibuka baru dihitung, kalo kebanyakan ngitungnya kapan bukanya?" pake rumus MBA mas,

MBA pertama, management by action : buka saja jangan nunggu perpect, karena gak ada yang sempurna di dunia ini, selain Alloh,

MBA kedua, management by adjusment, setelah dibuka, mulai dipoles mana yang belum baik : manajemenya, displaynya, marketingnya, pakagingnya, SDMnya dll.

MBA ketiga, management by antisipation, setelah di poles semuanya, mulai diantisipasi kegagalan yang mungkin terjadi, tapi itu juga jangan terlalu banget karena kalo kita gagal sebenarnya gak gagal tapi kita "sekolah dengan biaya sesuai sengan nilai kegagalan kita.

jangan pake MBA yang keempat, alias management by Afwan, sebentar bentar afwan, afwan mentang mentang sama temen sendiri afwan ya.... afwan harus ditempatkan sesuai dengan porsinya.

moga bermanfaat

Jawaban 2 (versi Rosihan):

Pak Ridwan ....

Sesungguhnya kegalauan seperti ini jawabannya sangat sederhana sekali. Tidak perlu dipikirkan terlalu hebat, karena akal itu memiliki keterbatasan. Tidak juga perlu merisaukan jiwa, karena jiwa seharusnya mengurusi hal-hal yang lebih besar.

Pilih nomor 1 : jika alasan menjadi TDA hanya untuk meningkatkan income, dengan selalu berhitung membanding-bandingkan dengan gaji TDB. Sudah banyak cerita, jika kita bekerja untuk usaha sampingan kita sekeras dan sehebat bekerja dikantor TDB, maka hasilnya sering kali lebih besar dari gaji TDB.

PILIH NOMOR 2 : jika sudah terbebas dari hitung-hitungan akal, dan jiwa bertekad TOTAL menjadi PENGUSAHA. Kita bertindak untuk langkah KEDEPAN selama sisa hidup, untuk berkomitmen terus menjadi pengusaha tanpa henti, tanpa peduli kondisi. Tidak lagi digerakkan oleh orientasi INCOME, tetapi oleh pilihan selalu menjadi TANGAN DI ATAS.

Untuk memilih nomor 2, modalnya bukan nekat, tetapi PASRAH kepada Yang Maha Kaya.

Friday, January 11, 2008

Resolusi 1429 H

Sebelumnya saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1429 H. Semoga tahun ini Allah SWT memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi proses kehidupan ini sehingga kita menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan bermakna di akherat kelak. Amiin..
Mohon maaf lahir batin juga atas semua kesalahan saya di tahun yang lalu.

Jika tahun 2007 atau 1428 H yang lalu saya beri judul Tahun Investasi. Memasuki tahun 2008 yang bertepatan dengan 1429 H ini, judul apa kira2 yang tepat saya berikan? Beberapa teman sudah menuliskan resolusi yang berisi target-target yang ingin dicapai ditahun ini. Bahkan Pak Iim secara lengkap menuliskan alasan mengapa target penting untuk dituliskan. Berikut alasannya:

1. Target memotivasi kita
2. Target memacu keinginan
3. Target memacu cara kerja
4. Target membuat prioritas kita terpelihara
5. Target dapat menyalurkan dan memaksimalkan potensi kita
6. Target memberi kita kekuatan untuk hidup di masa sekarang
7. Target memperlancar komunikasi kita
8. Target membantu kita mengevaluasi kemajuan
9. Target memacu kita untuk membuat perencanaan/action plan
10. Target mengubah sasaran kita dari proses mencapainya ke hasil akhirnya

Di awal tahun lalu sebenarnya saya tidak memberikan target khusus dalam bentuk sebuah resolusi yang harus saya wujudkan. Saat itu, ketika sedang jalan-jalan di gramedia, secara kebetulan saya menemukan sebuah buku berjudul "Siapa Bilang Karyawan Tidak Bisa Kaya" karya Safir Senduk. Ternyata buku itu cukup memotivasi saya untuk kemudian berani mengambil beberapa langkah investasi sebagai bentuk proteksi.

Pada tahun ini saya mendapat kesempatan untuk mengenal lebih dekat komunitas TDA. Sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan Di Atas atau menjadi pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Istilah kerennya adalah abundance atau enlightened millionaire. Ciri khas komunitas ini yaitu action oriented. Makanya seiring diplesetkan menjadi Take Double Action. TDA menghindari banyak melakukan diskusi dan perdebatan yang tidak produktif.

Berbekal perkenalan inilah saya berharap ditahun ini bisa memberi arti yang lebih dari sekedar menghidupi diri sendiri dan keluarga, yaitu dengan membuka suatu unit usaha mandiri yang kelak bisa menghidupi orang banyak. Insya Allah..

Wednesday, January 9, 2008

Butterfly...


Selasa kemarin saya cukup terhibur dengan menonton langsung acara Extravaganza di studio 1 TransTV. Berbekal tiket gratis dari mantan staff saya yang kini bekerja di TransTV, saya mendapat kesempatan untuk melihat lebih dekat proses produksi sebuah acara TV Show.

Acara TV yang berdurasi 2 jam itu memakan waktu shooting sekitar 4 jam. Saya yang malam itu datang bersama istri dan 2 orang keponakan hanya menonton sekitar 2 jam saja, karena waktu sudah cukup malam (mulai jam 8 malam). Sebelum pulang, kami sempat menyaksikan bintang tamu yang hadir saat itu, Melly dan Andhika, menyanyikan lagu Butterfly.

Butterfly, bagi saya, adalah sebuah penggambaran untuk sebuah perubahan. Seekor kupu-kupu yang indah, menyejukkan siapa saja yang memandangnya. Memilih makanan dari bunga-bunga pilihan dengan sari-nya yang berkualitas. Terbang bebas kesana kemari, tanpa beban tapi bisa memberi manfaat bagi sekitarnya. Padahal, sebelumnya ia hanyalah seekor ulat biasa yang dekil dan sederhana.

Perubahan wujud dari ulat menjadi kupu-kupu (metamorfosis) diikuti dengan perubahan peran di lingkungan. Yang semula ditakuti orang, berubah menjadi dicinta, dulu dijauhi, sekarang didekati, dulu menimbulkan bencana bagi bunga dan buah, kini membantu proses penyerbukan. Ulat, yang semula menyandang ˜nama besar" sebagai biang masalah, berubah menjadi penopang keberlanjutan ketersediaan sumber daya. Sebuah ilustrasi yang begitu indah dari Yang Maha Kuasa untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia..

Butterfly terbanglah tinggi
Setinggi anganku untuk meraihmu

Butterfly fly away so high
As high as hopes I pray
To come and reach for you

Friday, January 4, 2008

Memilih Lokasi Rumah Di Sekitar Jakarta


Dari polling sederhana yang saya buat diblog ini selama bulan Desember 2007 lalu tentang lokasi perumahan yang paling strategis dan ekonomis di sekitar Jakarta, ada 20 voter yang masuk. Polling ini saya buat ketika mengalami kesulitan untuk memilih rumah, meski survey ke sejumlah lokasi sudah dilakukan.

Hasilnya, lokasi perumahan di Depok ternyata menjadi pilihan utama para voter. Depok memang termasuk salahsatu daerah pinggir Jakarta yang paling cepat perkembangannya. Coba saja kita jalan2 ke sepanjang jalan margonda, hampir dalam setiap radius 100 meter ada mall yang berdiri megah ditepi jalan. Dan itu terus berkembang ke wilayah Depok lainnya, seperti Cimanggis dan Sawangan. Nggak salah kalo Depok terpilih sebagai lokasi paling strategis dalam polling ini. Namun apakah membeli rumah di Depok juga cukup ekonomis? belum tentu. Lokasi lain seperti Cinere dan Pamulang sepertinya lebih ekonomis dari sisi harga.

Mungkin akan lebih baik jika faktor strategis dan ekonomis ini dipisah. Dan setiap orang juga memiliki penilaian tersendiri mengenai definisi strategis dan ekonomis ini. Namun karena dua faktor ini (menurut saya) seringkali menjadi prioritas setiap orang untuk membeli rumah, tidak ada salahnya untuk digabung agar pilihan lebih mengerucut. Hasilnya, boleh dijadikan referensi atau dianggap angin lalu.. terserah anda.. :)